I"m looking for...

Google
 




free counters

Dec 22, 2008

Ajaibnya Keadaan Seorang Mukmin

Foto ihsan xanumax



AJAIBNYA KEADAAN SEORANG MUKMIN


“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” Surat Al Anbiya` (35).


Pada ayat diatas Allah Ta`ala memberitakan bahwa selama kita masih hidup di dunia, pasti akan menemui tiga perkara yang sudah menjadi sunnatullah (ketetapan Allah), yaitu:

1. Mati

2 Diuji dengan keburukan

3 Diuji dengan kebaikan


Sebelum sunnatullah yang dalam bentuk kematian datang memutus kehidupan seseorang didunia, maka ia akan terus ditimpa oleh dua sunnatullah yang lainnya secara silih berganti, yaitu ujian dalam betuk kebaikan dan ujian dalam bentuk keburukan (musibah).


Alhamdulillah, kita diwarisi oleh Rasulullah Shalallahu `Alayhi wa Sallam Al Qur`an dan Assunnah sebagai sebagai pedoman hidup. Dimana dua pedoman hidup tersebut disusun langsung oleh sang pencipta kehidupan itu sendiri dan Dzat yang paling mengerti seluk beluk dan rahasia kehidupan yakni Allah Ta`ala melalui utusanNya Nabi Muhammad Shalallahu `Alayhi wa Sallam.


Diantara kandungan Al Qur`an dan Assuunnah ini, terdapat sebuah pedoman yang akan membimbing siapapun orang yang mengimani keduanya (kaum mukminin) agar dalam setiap sunnatullah (musibah dan kesenangan) tersebut selalu dalam keadaan beruntung (berpahala).


Dengan kata lain selama ia masih hidup di dunia ini, maka ia akan selalu beruntung baik ketika berhadapan dengan musibah atau dengan kesenangan. Oleh karena itu kita perlu mempelajari kembali Alqur`an dan Assunnah dalam masalah ini, agar kita dapat menyikapi setiap ujian-ujian tersebut dengan sikap yang tepat.


Suatu ketika Rasulullah Shalallahu `Alayhi wa Sallam pernah mengungkapkan kekagumannya terhadap keadaan kaum mukminin. Sebagaimana yang ditegaskan oleh beliau Shallallahu `Alalyhi Wasallam dalam sabdanya:


”Sungguh mengherankan perkara orang mukmin itu, sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya. Dan hal itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali orang mukmin. Jika dia diberi sesuatu yang menggembirakan dia bersyukur, maka ia menjadi baik baginya. Dan apabila ia ditimpa suatu madharat, ia bersikap sabar, maka itu menjadi baik baginya.”(HR.Muslim)


Dalam hadits diatas, Rasulullah Shalallahu `alayhi wasallam memberitakan bahwa bagi seorang mukmin, baik didalam kesenangan maupun musibah, tetap ada peluang untuk beruntung (berpahala).


1.Ujian dalam bentuk kebaikan.

Dalam ujian model ini ada kewajiban bagi seorang mukmin padanya, yaitu bersyukur. Dengan memanfaatkan segala kenikmatan tersebut untuk ketaatan kepada Allah sehingga dengan sikap syukur atas kenikamatan itu, menjadikan ia akan semakin dekat dengan Allah dan inilah orang yang beruntung dalam ujian jenis ini.


Namun ada pula orang yang gagal dalam ujian jenis ini, yaitu orang yang dengan ujian ini justru semakin jauh dari Allah, yaitu ketika nikmat yang Allah berikan tersebut malah ia gunakan untuk durhaka dan maksiat kepada Allah, sehigga dengan nikmat tersebut ia justru semakin jauh dari Allah. Allah Ta`ala berfirman dalam surat Ibrahim (7):


"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.


2.Ujian dalam bentuk Musibah.

Dalam ujian model ini, juga ada kewajiban seorang mukmin padanya yaitu bersabar. Ketika bersabar dalam keadaan ini, maka sikap yang muncul adalah upaya untuk terus mengintrospeksi dan mengoreksi diri (bertaubat) atas dosa-dosa yang ia lakukan, sehingga selain mendapatkan pahala, sikap sabar ini juga dapat menggugurkan dosa-dosanya.


Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu `Alayhi wa Sallam:


”Seorang muslim tidak ditimpa oleh rasa letih, penyakit, gelisah, sedih, gangguan ataupun kegundahan, hingga duri tertancap padanya melainkan Allah menebus dengannya sebagian dari kesalahan-kesalahannya. (HR.Bukhary & Muslim).


Maka dengan sikap sabar ini, ia akan semakin dekat kepada Allah dan inilah orang yang beruntung dalam ujian model ini.


Namun ada pula orang yang gagal dalam ujian model ini, yaitu ketika ditimpa musibah ia tidak mau mengoreksi dirinya (bertaubat), dan justru mengeluh dan tidak ridha dengan ketentuan Allah tersebut.


Ia merasa amalnya sudah baik semua dan dirinya bersih dari dosa, sehingga anggapannya itu menghambat dirinya dari upaya untuk taubat dan lebih dekat kepada Allah Ta`ala. Tentu sikap semacam ini tidak sesuai dengan tujuan Allah Ta`ala menurunkan musibah tersebut yaitu agar hambanya mau kembali (bertaubat) kepadaNya, sebagaimana yang Allah beritakan dalam surat Ar Ruum (41):


“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”


Maka bagi seorang mukmin, kelezatan itu bukan hanya pada kenikmatan, tetapi juga ada pada musibah. Sebab dalam kenikmatan seorang mukmin itu berpeluang beruntung (berpahala) karena “syukurnya”, dan dalam musibah seorang mukmin juga berpeluang beruntung (berpahala) karena “sabarnya”.


Oleh sebab itu Alhamdulillah, seorang mukmin itu selama ia hidup di dunia akan selalu beruntung, baik dalam keadaan suka maupun dalam keadaan duka, hingga maut memutus kehidupannya di dunia.


Wallahu A`lamu Bishshawaab.

Dec 17, 2008

A carrot, an egg, or a coffee bean?

Photo courtesy of gaia.com

A daughter complained to her father about her life and how things were so hard for her. She did not how she was going to make it and wanted to give up. She was tired of fighting and struggling. It seemed as one problem was solved a new one arose.

Her father, a chef, took her to the kitchen. He filled three pots with water and placed each on a high fire. Soon the pots came to a boil. In one he placed carrots, in the second he placed eggs, and the last he placed ground coffee beans. He let them sit and boil, without saying a word.

The daughter sucked her teeth and impatiently waited, wondering what he was doing. In about twenty minutes he and turned off the burners. He fished the carrots out and placed them in a bowl. He pulled the eggs out and placed them a bowl. Then he ladled the coffee out and placed it in a bowl.

Turning to her he asked. "Darling, what do you see?"

"Carrots, eggs, and coffee," she replied.

He brought her closer and asked her to feel the carrots. She did and noted that they were soft. He then asked her to take an egg and break it. After pulling off the shell, she observed the hard-boiled egg. Finally, he asked her to sip the coffee. She smiled as she tasted its rich aroma.

She humbly asked. "What does it mean Father?"

He explained that each of them had faced the same adversity, boiling water, but each reacted differently.

The carrot went in strong, hard, and unrelenting. But after being subjected to the boiling water, it softened and became weak.

The egg had been fragile. Its thin outer shell had protected its liquid interior. But after sitting through the boiling water, its inside became hardened.

The ground coffee beans were unique however. After they were in the boiling water, they had changed the water.

"Which are you," he asked his daughter. "When adversity knocks on your door, how do you respond? Are you a carrot, an egg, or a coffee bean?"


How about you? Are you the carrot that seems hard, but with pain and adversity do you wilt and become soft and lose your strength?

Are you the egg, which starts off with a malleable heart? Were you a fluid spirit, but after a death, a divorce, or a layoff (or others!) have you become hardened and stiff. Your shell looks the same, but are you bitter and tough with a stiff spirit and heart?

Or are you like the coffee bean? The bean changes the hot water, the thing that is bringing the pain, to its peak flavor reaches 212 degrees Fahrenheit. When the water gets the hottest, it just tastes better.

If you are like the coffee bean, when things are at their worst, you get better and make things better around you.

When people talk about you, do your Praises to the Lord increase? When the hour is the darkest and trials are their greatest, does your worship elevate to another level?

How do you handle adversity? Are you a carrot, an egg, or a coffee bean?

"So lose not heart, nor fall into despair: For ye must gain mastery if ye are true in Faith"
[surah Al' Imran; 3: 139]

"Be sure We shall test you with something of fear and hunger, some loss in goods or lives or the fruits (of your toil), but give glad tidings to those who patiently persevere" [surah Baqarah; 2: 155]

Abu Sa'id and Abu Huraira reported that they heard Allah's Messenger (salAllahu alayhi wasalam) as saying:
Never a believer is stricken with discomfort, hardship or illness, grief or even with mental worry that his sins are not expiated for him.
[sahih al-Bukhari, Book 32, #6242]

Jazakallahu khairan: Mutmainaa

Forum Perdana Ehwal Islam 2008 - Updated

Image Hosted by ImageShack.us


Poster courtesy of
Image Hosted by ImageShack.us

Source: Calendar entry